Tokoh Muda NTT William Yani : Usut Tuntas Tewasnya Prada Lucky, Perlu Ada Materi Tentang HAM

0
39 views
Bagikan :

JAKARTA, TelusuR.id – Meninggalnya Prada Lucky Chepril Saputra Namo (23 tahun) saat ini tengah menjadi perhatian publik. Salah satu diantaranya William Yani Wea, tokoh Muda asal Nusa Tenggara Timur (NTT).

Willy, demikian kerab dipanggil ini menyoroti kematian Anggota Batalyon Teritorial Pembangunan (TP) 834 Waka Nga Mere, Nagekeo, NTT yang diduga kuat mendapat penganiayaan dari seniornya di dalam asrama itu diusut tuntas.

“Tidak boleh ada kekerasan atas nama apa pun di negeri ini, apalagi sampai menyebabkan kematian. Karena itu saya meminta Panglima TNI perhatian betul atas kematian Prada Lucky,” ujar dia penuh harap agar semua itu diusut tuntas, dalam keterangannya, Senin (11/8/2025)

Tokoh NTT asal Nagekeo ini mengatakan, tentara memang dididik secara keras dan disiplin, tapi harus terukur. Bukan kekerasan yang melukai, apalagi mematikan.

Ia menyebut, TNI adalah tentara rakyat sehingga harus bersikap humanis, baik kepada rakyat juga terhadap sesama prajurit. Saat ini adalah era tentara profesional, tidak boleh lagi ada kekerasan fisik.

“Kalau tentara menjaga fisik itu wajib, bukan melakukan kekerasan fisik. Saat ini era-nya tentara profesional,” tegas Willy.

Putra tokoh NTT, almarhum Jacob Nua Wea ini mengimbau Panglima TNI berikut jajaran melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap dugaan kasus penganiyaan yang menyebabkan kematian tersebut.

Willy yang juga adalah Ketua Umum Serikat Pekerja Informal Migran dan Pekerja Profesional Indonesia (SP IMPPI) itu berharap ada evakuasi menyeluruh terkait kasus ini, sehingga ada pembenahan terkait pengawasan dan pembinaan internal di dalam markas.

Masih kata dia, apakah ini karena sistem yang salah atau kelalaian internal. Ia pun mengingatkan saat ini budaya kekerasan sudah dihapus di institusi militer, Polri dan sekolah kedinasan.

“Pembinaan itu wajib tapi bukan dengan kekerasan. Saya kira perlu ada pemberian materi tentang penghormatan terhadap hak-hak azasi manusia (HAM). Dengan begitu, para prajurit paham batasan antara pembinaan dengan kekerasan,” pungkas kandidat Doktor di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) tersebut.

Untuk diketahui, saat ini Sub Denpom Kupang telah menahan beberapa prajurit yang diduga terlibat dalam penganiayaan Prada Lucky. Mereka adalah para senior almarhum di Yon TP 834/WM.

Prada Lucky baru dua bulan menjadi tentara setelah lulus Secatam di Singaraja, Bali. Ia adalah putra dari seorang tentara. Ayahnya Serma Christian Namo harus merelakan kepergian putranya, bukan karena gugur di Medan perang tapi tewas karena dianiaya rekannya di barak.

Tinggalkan Balasan