Jombang, telusur.id – Smart farming adalah konsep manajemen pertanian yang menggunakan teknologi modern untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk pertanian, berbasis teknologi yang dapat membantu petani meningkatkan hasil panen secara kuantitas dan kualitas melalui teknologi pemindaian tanah, manajemen data, akses GPS, serta teknologi Internet of Things. Aplikasi smart agriculture mencakup monitoring hasil pertanian, pemetaan lahan pertanian, manajemen irigasi, penyimpanan produk pertanian, delivery produk pertanian ke konsumen, dan lainnya. Hal ini dilakukan agar produksi terus meningkat dengan kualitas yang tinggi disertai optimalisasi peggunaan tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
Menteri Pertanian [Mentan] Syahrul Yasin Limpo mengajak petani muda untuk menerapkan teknologi smart farming dalam pengembangan budi daya pertanian yang lebih efisien dan modern.
Mentan mengungkapkan bahwa pembangunan pertanian ke depan akan semakin mengandalkan para petani milenial dengan teknologi digital, terutama sebagai strategi untuk memperkuat produksi dan distribusi.
“Agripreneur muda yang melek teknologi adalah potensi dan mitra strategis memecahkan kendala distribusi serta lemahnya akses pasar petani selama ini” ujar Syahrul.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa modal utama kesuksesan petani serta wirausaha pertanian milenial harus profesional dengan memiliki kompetensi sesuai dengan profesi yang ditekuni, mempunyai pengetahuan, sikap, keterampilan, motivasi dan atribut lain yang diperlukan agar dapat berhasil dalam pekerjaannya.
Dedi juga mengingatkan, tak kalah penting wirausahawan harus mampu mengidentifikasi peluang bisnis serta merencanakan usaha pertanian yang menguntungkan, memiliki karakter yang tangguh dan berani mengambil risiko, baik dalam pasar domestik maupun ekspor.
Menidaklanjuti arahan tersebut Polbangtan Malang dengan mitra Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan menggelar Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh Pertanian di Kabupaten Jombang Kamis [13/4].
Kegiatan Bimtek yang di hadiri oleh Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan Polbangtan Malang, Andi Warnaen, Dinas Pertanian Kabupaten Jombang yang diwakili oleh Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Wonosalam Addib Taufani, dan juga para penyuluh dan petani berjumlah 100 orang.
Bimtek yg bertemakan Pengembangan Smart Farming ini diusung untuk mendorong implementasi teknologi dalam antisipasi krisis pangan. Sebab, kondisi pertanian saat ini dihadapkan pada tantangan yang cukup besar yaitu perubahan iklim dan dampak pandemi Covid-19.
Selain dampak perubahan iklim, pertanian juga dihadapkan pada tantangan lahan yang semakin sempit, jumlah penduduk semakin besar, sehingga mengharuskan menggunakan teknologi.
Smart agriculture merupakan teknologi di era Industri 4.0 yang digadang-gadang dapat dijadikan model pengembangan pertanian modern.
Pada kesempatan ini, Mindo Sianipar Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan yang hadir secara online, menjelaskan bahwa penggunaan teknologi dalam bidang pertanian ini sangat penting untuk mendukung produksi dan produktivitas pertanian menjadi lebih baik. Salah satu teknologi tersebut adalah smart farming.
Harapan Mindo dalam pelaksanaan bimtek ini petani lebih mengerti teknologi, sehingga beliau berpesan bahwa pemateri agar dapat menggunakan istilah-istilah yang mudah dalam penjelasan tentang smart farming sehingga mudah dimengerti dan dipahami oleh petani.
“Pesan saya kepada pemateri, jangan sampai keluarkan kata-kata yang petani kurang pahami petani dalam penjelasan smart farming kepada petani,” ujarnya saat membuka acara Bimtek ini.
Andi Warnaen selaku Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan Polbangtan Malang dalam sambutannya memberikan apresiasi terhadap tema yang diusung oleh panitia, mengingat potensi petani millennial di Jombang dan banyak inovator yang sudah mengembangkan smart farming.
“Merubah perilaku petani dalam berusaha tani dapat dibentuk melalui pemanfaatan teknologi, namun demikian komunikasi dalam diseminasi perlu dikembangkan agar saling memahami dari pelaku pertanian,” ujarnya.
Andi mengatakan, teknologi smart farming merupakan teknologi pertanian yang banyak diminati oleh generasi muda saat ini. Target sasaran bimtek ini adalah kelompok penerima Pekarangan pangan lestari [P2L], Kelompok tani wilayah Kec. Jogoroto dan Kec. Ngoro, penangkar tanaman hias dan penyuluh pertanian yang nantinya dapat mendiseminasikan teknologi ini ke petani lainnya.
Untuk menguatkan minat generasi muda, Suhirmanto selaku Dosen Polbangtan Malang menjelaskan bahwa teknologi saat ini sudah menjadi gaya hidup, apalagi dalam pengembangan pertanian dalam menghadapi krisis pangan.
Menurut Suhirmanto, pengembangan teknologi ini juga harus dibarengi dengan penerapan konsep Sustainable Development Goals [SDGs], sehingga tujuan pembangunan pertanian berkelanjutan dapat terlaksana.
“Ada empat hal penting dalam transformasi pertanian diantaranya yaitu benih, storage, pengairan dan hidroponik ramah lingkungan. Dalam implementasi ini diperlukan inovasi pertanian, peran teknologi informasi, dan antisipasi kendala yang dihadapi pada era 4.0,” tegas Suhirmanto.
Tidak hanya sebatas konsep, pada bimtek ini panitia mendatangkan praktisi smart farming yaitu salah satu petani maju di Kec. Wonosalam yang langsung membawa petani dan penyuluh langsung ke lokasi lahan miliknya untuk menerapkan sistem smart farming.
Langkah nyata ini diharapkan dapat menjadi contoh petani dalam usaha tani yg dikembangkan di lahannya masing-masing. Antisipasi krisis pangan, Bimtek bahas pentingnya penerapan smart farming di Jombang. –**Anam tlsr**-