Smartwatch, Gadget Dikala Pandemi Akhir-akhir ini pemerintah menganjurkan pasien Covid-19 tanpa gejala dan bergejala ringan diminta untuk melakukan isolasi mandiri (isoman) dirumah demi mengurangi beban rumah sakit/Fasilitas Kesehatan.
Adapun yang termasuk yang termasuk dari pasien Covid-19 tanpa gejala dan berkejala ringan adalah :
Pasien Covid-19 tanpa gejala
Gejala yang ditimbulkan adalah frekuensi napas 12-20 kali per menit dan saturasi Oksigen lebih dari 95%.
Pasien Covid-19 gejala ringan
Gejala yang ditimbulkan adalah demam, batuk (biasanya batuk ringan) kelelahan ringan, anoreksia, sakit kepala, kehilangan indra penciuman (anosmia), kehilangan indra pengecap (ageusia), malgia, nyeri tulang, nyeri tenggorokan, pilek, bersin, mual, muntah,n yeri perut, diare, konjungtivitas, dan kemerahan pada kulit.
Frekuensi napas pasien Covid gegala ringan adalah 12-20 kali per menit dengan saturasi lebih atau sama dengan 95%.
Dalam pelaksanaanya Isoman tidak sesederhana itu dalam pelaksanaanya, pasien harus tau cara perawatan dan serta memiliki peralatan yang bisa menunjang. Pasien Covid-19 yang isolasi mandiri di rumah dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)memiliki oximeter.
Juru bicara WHO, Margaret Harris mengatakan, dengan memiliki oximeter di rumah, pasien dapat mengukur kadar oksigen secara mandiri. “Sehingga, Anda dapat mengidentifikasi apakah saat (isolasi mandiri) di rumah, kesehatan memburuk atau lebih baik dirawat di rumah sakit,” jelas Harris dalam pengarahan PBB di Jenewa seperti dilansir Reuters, 26 Januari 2021.
Pulse oximeter merupakan tes non-invasif dan tanpa rasa sakit yang dapat mengukur tingkat saturasi oksigen atau tingkat oksigen dalam darah. Perangkat ini memancarkan cahaya merah yang melewati kuku, kulit dan darah. Di sisi lain jari, sensor mendeteksi dan mengukur jumlah cahaya yang melewati jari tanpa terserap dalam darah.
Pulse oximeter dapat memperkirakan jumlah oksigen dalam darah tanpa harus mengambil sampel darah. Dipasaran alat oximeter yang beredar didominasi oleh oximeter berupa capit yang dipasang di ujung jari untuk mengukur tingkat saturasi oksigen dalam darah.
Alat tersebut sudah banyak beredar mulai di apotek maupun di olshop dengan kisaran harga 50.000 s/d 250.000. Tapi di dunia Gadget Elektronik terdapat juga alat yang memiliki fungsionalitas yang sama dan sudah lama beredar, yaitu SMARTWATCH.
Smartwatch (dibeberapa model disebut sebagai SmartBand) merupakan jam tangan pintar yang memiliki fitur canggih seperti fitness atau health tracker, navigasi GPS, notifikasi pengingat, bahkan hiburan. Di dalam Smartwatch tidak hanya menawarkan fungsionalitas nya sebagai wearable (penunjang) fashion saja, terutama kemampuan health tracker sudah meliputi sleep monitor, blood pressure monitor (tekanan darah), Heart Rate (detak jatung), Body Temperature (suhu tubuh), spO2 (tingkat oxygen/Oximeter), ini bisa membantu dalam Isoman terutama spO2 (tingkat oxygen / Oximeter), Heart Rate, Body Temperature, sebagai alat pemantau kondisi tubuh kita secara realtime dan fleksibel. Fleksibel disini kita bisa memantau kondisi dari tubuh pasien tanpa harus berdekatan karena di Smartwatch tertanam fungsi koneksi baik bluetooth, wifi (tidak semua), maupun sambung seluler. Tinggal kita koneksikan smartwatch yang dipakai oleh pasien dengan smartphone kita, kita sudah bisa memantau kondisinya dari jarak jauh.
Rata-rata fungsi-fungsi tersebut dimiliki hampir di semua Smartwatch yang ada di pasaran saat ini, mulai dari entri level (dibawah 1 juta) maupun kelas high end (lebih dari 2 juta), banyak sekali pilihan mulai dari brand, model maupun harga sesuai dengan selera dan kantong kita tentunya.
Dengan Smartwatch berapa fungsi sekaligus bisa kita dapatkan tidak hanya hanya sebagai alat kesehatan dalam menghadapi pandemi, tapi juga bisa menjadi pelengkap fashion nantinya dikala sehat. Pilihan kembali ditangan pembaca, mau menggunakan alat yang hanya dikhususkan (oximeter) atau alat multifungsi.