SURABAYA, TelusuR.id – Dzurriyah Syaikhona Kholil Bangkalan, KH Kholil Kholili atau yang kerab disapa Gus Kholili Kholil, menyampaikan apresiasi atas penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada kakek buyutnya.
Dia juga menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya atas apresiasi dan penghargaan dari Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN) yang mendapuk dirinya sebagai Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif 2025.
“Saya bangga dan bahagia, merasa terhormat atas adanya penghargaan ini,” ujar Gus Kholili saat menerima penghargaan dari FJN, Minggu (16/11) di kutip Telusur.id.
Pengasuh Pesantren Canga’an Bangil Pasuruan ini juga memberikan dukungan kepada FJN untuk terus berjuang mengawal isu-isu penting di kalangan Nahdliyin.
Soal Gelar Pahlawan yang disematkan kepada Syaikhona Kholil, Ia mewakili Majelis Keluarga menyampaikan rasa syukur dan bangganya. Menurutnya, penghargaan ini sebagai momentum penting, terutama di tengah sorotan terhadap oknum di kalangan pesantren yang bermasalah.
Kata dia, Penghargaan Pahlawan Nasional kepada beliau menurut saya itu adalah penghargaan terhadap pesantren, terhadap Nahdlatul Ulama, dan semua elemen kaum muslim di Indonesia.
“Syaikhona Kholil sebagai salah satu ‘Bapak Pesantren Indonesia’,” ujar Gus Kholili penuh haru dan bangga atas perhatian juga penghargaan negara terhadap pesantren.
Di sisi lain, Gus Kholili secara terbuka menyuarakan kekhawatiran mendalam terhadap masalah yang muncul dari internal pesantren, terutama fenomena “Gus-Gusan” yang problematik.
“Banyak sekali Gus-Gusan yang problematik dan orang-orang yang berasal dari kalangan pesantren yang problematik,” tandasnya.
Untuk itu, ia menegaskan pentingnya kritik konstruktif dari masyarakat agar insan pesantren dapat berbenah dan meneladani para pendahulunya.
Gus Kholili juga berharap, kritik ini dapat mencegah munculnya oknum yang merusak citra pesantren sebagai institusi yang telah berjalan ratusan tahun.
Gus Kholili juga mengingatkan agar aksi pembelaan terhadap kritik yang beredar tidak berlarut-larut. Menurutnya, kalau berlarut-larut maka ini akan menjadi overreact (reaksi yang berlebihan).

“Jangan berlarut menanggapi kritik, ini yang mana membuat insan pesantren agak kesulitan untuk introspeksi,” ujarnya, seraya menyerukan agar gerakan bermuhasabah diri.
Secara khusus, sebagai alumni Ponpes Lirboyo selama 10 tahun, Gus Kholili menyayangkan adanya framing negatif terhadap KH. Anwar Mansyur melalui potongan video (cherry picking).
Ia menilai narasi negatif yang dibuat tanpa pengamatan antropologis terhadap sosok Kiai Anwar Mansyur sebagai ‘kejahatan besar’ yang wajar disikapi oleh para alumni Lirboyo.
“Saya melihat Kiai Anwar Mansyur itu adalah sosok yang sangat sederhana. Selama saya 10 tahun berada di Lirboyo, saya melihat beliau itu istiqomah ngaji, istiqomah ngajar, enggak pernah mengusik orang, bahkan kyai itu tidak pegang HP,” kenang Gus Kholili.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Amiroh Canga’an Bangil, Pasuruan, tersebut merupakan satu di antara 16 tokoh NU yang menerima pengharaan Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif 2025 dari Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN).
Ketua Umum Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN), Muhamad Didi Rosadi atau yang akrab disapa Diday, menyampaikan bahwa penghargaan Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif merupakan agenda tahunan Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN). Penghargaan dirilis pada momen Hari Santri. Tahun ini, FJN memberikan apresiasi kepada 16 tokoh muda NU.
Apresiasi ini murni dari kawan-kawan FJN kepada figur Nahdliyin yang rekam jejak dan karyanya bisa menginspirasi generasi muda,” tandasnya.
Untuk kriteria utama dalam menentukan figur dilakukan secara kolektif dan independen oleh internal FJN. Syaratnya adalah tentu merupakan seorang Nahdliyin yang masuk kategori muda atau penggerak pemuda dan diversifikasi independen dan imparsial.
Bahkan tidak ada komunikasi yang kami lakukan dengan figur-figur yang menjadi nominator sampai diumumkan.
“Ada nilai-nilai keteladanan untuk menjadi inspirasi bagi yang lain, khususnya warga nahdliyin. Memotivasi kebaikan untuk kemaslahatan,” pungkasnya.



