Jacob Ereste :
Kitab Negara Kertagama & Kirab Ila Galigo Kekayaan Sastra, Budaya dan Sejarah Bangsa Indonesia
TelusuR.ID – Kakawin Negara Kertagama menurut P. J Zoetmulder dalam Buku Kalangwan memberikan keterangan langsung seperti tidak terdapat dalam kakawin-kakawin lainnya mengenai masyarakat Jawa kuno pada suatu waktu tertentu, dilihat dari suatu sudut tertentu juga mengenai seorang penyair Jawa kuno serta seluk beluk pribadinya. Sedangkan dalam versi UNESCO. Org, Negara Kertagama memberikan kesaksian pemerintahan seorang raja pada abad keempat belas di Indonesia, dimana ide-ide modern, keadilan sosial, kebebasan beragama , keamanan pribadi dan kesejahteraan rakyat sangat dijunjung tinggi. Agaknya, benar jika Wali Spiritual Nusantara, Sri Eko Sriyanto Galgendu mengatakan bahwa wujud nyata dari Negara Kertagama itu merupakan capaian dari pemerintahan Majapahit berhasil menghantar rakyatnya menikmati kesejahteraan yang berkeadilan pada masa jaya dahulu.
Telaah dari Stuart Robson dalam buku Desawarnana menyatakan jelas bahwa Desawarnana bukanlah penceritaan ulang dari sebuah epos atau kisah mistis, tetapi sebuah penuangan realitas sehari-hari yang Mpu Prapanca lihat di sekelilingnya dan dialami olehnya senada itu, pada kisaran abad 14 di kerajaan yang ada di Nusantara.
Naskah karya Mpu Prapanca ini yang acap disebut juga sebagai Kakawin Desawarnana — yang melukiskan tentang wilayah kerajaan Majapahit pada kisaran abad 14 saat berada di bawah pemerintahan Rajasanagara (Hayam Wuruk), tentang keluarganya, tentang kraton dan tentang sejumlah wilayah lainnya pada masa itu.
Negara Kertagama merupakan kitab sumber dari nilai-nilai Pancasila yang dirumuskan oleh Bung Karno untuk dasar negara Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh Bung Karno sendiri dalam autobiografinya “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat (baca pada halaman 240). “Aku tidak mengatakan bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang aku kerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi kami, tradisi-tradisi kami sendiri dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah itu”, kata Bung Karno tentang Pancasila yang ditemukannya dari bumi Nusantara ini. Dan naskah Kakawin Negara Kertagama ini juga telah diakui oleh dunia internasional, dan secara resmi pun telah masuk dalam daftar Memory of the World UNESCO.
Negara Kertagama bisalah disebut “Sebuah Sejarah Nusantara” karena memang terbilang relatif lengkap berkisah tentang masa kejayaan kerajaan Majapahit, mulai dari sosok Maharaja Hayam Wuruk, wafatnya Sri Rajapatmi, sosok ayah Sang Maharaja, kerabat (1,2 dan 3), sistem kekuasaan Sang Maha Raja hingga wilayah Nusantara yang dikuasai oleh Kerajaan Majapahit, serta negeri manca yang ditaklukkan.
Catatan-catatan yang disebut pupuh dalam kitab Negara Kertagama ini nyaris berjumlah 100 pupuh hingga memerlukan 313 halaman diluar kata pengantar dari Penerbit Narasi pada tahun 2015 yang telah direvisi pada tahun 2019.
Di dalam buku ini pun tertera Sumpah Palapa “Manggala Majapahit” Mahapatih Gajah Mada yang terkenal itu. Artinya, melalui syair yang menjadi kesaksian sang penyair, orang dapat mempelajari sejarah masa silam yang patut dikenang dan diambil hikmahnya untuk membuktikan bahwa leluhur suku bangsa Nusantara sungguh telah memiliki peradaban yang tinggi. Apalagi bila berkenan disandingkan dengan Kitab Ila Galigo yang lebih spektakuler tebalnya lebih dari 6.000.halaman dan memberi banyak kesaksian tentang suasana kehidupan manusia di Nusantara pada kisaran ratusan tahun lalu, antara abad ke-14 awal hingga abad ke-18 yang ditulis oleh banyak orang.
Kitab Ila Galigo sebagai karya sastra Bugis kuno, merupakan satu-satunya karya sastra terpanjang di dunia. Versi manuskrip lengkap yang tersimpan di Leiden University, Library, Belanda. Semoga dapat semua benda bersejarah milik bangsa Indonesia itu yang diwarisi dari berbagai kerajaan di Nusantara dapat dikembalikan bersama sejumlah artepak dan benda bersejarah milik bangsa Indonesia yang telah mencapai kata sepakat antara Presiden Prabowo Subianto bersama Raja Belanda untuk mengembalikan sekitar 30.000 benda bernilai sejarah dikembalikan kepada Indonesia.
Kitab Ila Galigo ditulis dalam aksara Lonyara — aksara tradisional Bugis Makasar dalam bahasa Bugis Kuno Klasik yang sudah tidak dipakai lagi dalam percakapan sehari-hari. Dan sebagai karya puisi naratif, Ila Galigo pun sudah tercatat oleh MoW UNESCO sebagai Memory of the World pada tahun 201. Epos terpanjang di dunia ini menempatkan Ila Galigo melampaui Kitab Mahabarata yang menggambarkan sistem sosial masyarakat Bugis sebelum kedatangan Islam di Nusantara.
Banten, 9 Oktober 2025
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan TelusuR.ID terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi TelusuR.ID akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.