Fun Mubes Menuju Sewindu, GEPAL Kritisi Elit Yang Tak Pancasilais

0
15 views
Bagikan :

NGANJUK, TelusuR.id – Gerakan Penolak Lupa atau Gepal menggelar kegiatan Refleksi dan Kajian Kritis Kesaktian Pancasila, serta Fun Mubes Menuju Sewindu yang berlangsung dua hari yakni tanggal 17-18 Oktober, kemarin lusa, di Kebondewe Desa Nglawak, Kecamatan Kertosono, Nganjuk.

Dihari pertama, kegiatan tersebut dibuka dengan serangkaian seremonial pembukaan, serta Pemutaran Film Trilogi terkait Nilai-Nilai Pancasila, langsung dilakukan Refleksi dan Kajian kritis Kesaktian Pancasila.

Selain dihadiri oleh perwakilan dari Kab. Gresik, kegiatan tersebut juga dihadiri oleh beberapa elemen organisasi dan atau perwakilan individu, diantaranya adalah Perwakilan dari Jombang, Kediri, Nganjuk, Kota Surabaya, Komisariat PMII Akar Bumi Gresik, serta PC. PMII Gresik.

Dalam kajian kritis tersebut setiap perwakilan yang hadir menyampaiakan pandangannya terkait kesaktian pancasila, dimana secara umum para peserta menyampaikan bahwa pancasila adalah falsafah bangsa dan cita-cita bangsa indonesia yang sampai hari ini masih diakui keberadaannya di Republik ini sebagai pemersatu bangsa yaitu Bhineka Tunggal Ika.

Namun demikian kenyataan dan keberadaan pancasila hari ini hanya sebatas simbolik semata, pancasila hari ini sedang tidak baik-baik saja, artinya perilaku Bangsa, khususnya elit politik, pemerintahan dan kekuasaan hari ini sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu sendiri.

Muslimin Sekjend GEPAL mengatakan bahwa Negara hari ini tidak pancasilais, melihat banyaknya produk-produk hukum yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan seperti diantaranya pelemahan terhadap KPK dengan adanya revisi terhadap UU NO. 30 Tahun 2002, UU Minerba, UU Cipta Kerja atau Omnibuslaw. Serta belum di Setujuinya UU Perampasan Aset sebagai bentuk Konsistensi Negara dalam Pemberantasan Korupsi.

“Ini merupakan contoh bahwa negara hari ini belum pancasilais, ditambah lagi dengan perilaku elit politik yang belakangan ini seakan-akan mengesampingkan bahwa sesunggunhnya kedaulatan adalah milih Rakyat, bukan milik kekuasaan,” ujar Muslimin, Senin 20 Oktober 2025 dikutip Telusur.id.

Kata dia, konsepsi Negara indonesia hari ini sudah jauh melenceng dari konsep lahirnya sebuah negara, dimana rakyat secara berdaulat mempercayakan nasibnya terhadap Negara.

“Justru hari ini Negara malah merampok banyak Hak dari Rakyat itu sendiri,” tuturnya.

– Negara belum bisa menjamin kebebasan beragama (sila-1), Negara belum bisa menjamin dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab (sila-2).

– Negara Belum Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan (sila-3)

– Negara belum mencerminkan dan Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan Bersama (sila-4).

– Negara saat ini juga belum bisa mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (sila-5).

“Artinya bahwa kesaktian Pancasila saat ini tidak ubahnya hanya sebatas seremonial dan simbolistik semata,” tandasnya.

Senada, Alwan (Perwakilan dari Kediri) serta Agung (Perwakilan dari Kota Surabaya) dan Abdul Qomar (Perwakilan dari Jombang), yang menyampaikan bahwa problem saat ini Adalah Pemangku Kebijakan sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila serta terjadinya pergeseran pola pikir kekinian yang sama sekali tidak melakukan kajian mendalam atas issue-isue yang terjadi.

Oleh karena itu, tegas dia, menjadi penting dan utama Adalah bagaimana peserta yang hadir hari ini melakukan instropeksi dan memulai dari diri sendiri untuk menjadi diri yang pancasilais.

Sementara itu menurut M. Jali perwakilan dari Nganjuk atas nama organisasi SERAB (Serikat Anjuk Ladang Bangkit) selain mengapresiasi kegiatan ini, ia juga menyampaikan bahwa Pancasila itu Bukan Kitab Suci dan masih memungkinkan untuk dirubah layaknya Amandemen UUD 1945.

Disamping itu, menurutnya, selain membicarakan esensi Nilai-nilai Pancasila, ia berharap agar GEPAL kedepan bisa selalu dan senantiasa berjejaring dengan organisasi lintas kabupaten seperti yang dilaksanakan hari ini guna mewujudkan sila ke-3 yaitu persatuan Indonesia.

Dihari ke-dua (Sabtu, 18 Oktober 2025), Gerakan Penolak Lupa Bersama dengan beberapa undangan yang hadir, selain mereview kegiatan hari pertama juga memulai diskusi terkait persiapan sewindu lahirnya Gerakan Penolak Lupa dengan tetap berharap ada masukan dari beberapa perwakilan Kabupaten atau Organisasi yang hadir.

Setelah melakukan Diskusi persiapan Sewindu Lahirnya Gerakan Penolak Lupa, kegiatan tersebut diahiri dengan Bermain Musik serta Foto Bersama.

Tinggalkan Balasan