Magetan, TelusuR.ID – Di pagi yang masih diselimuti kabut tipis lereng Gunung Lawu, ratusan relawan dari Squad Nusantara Magetan bersama berbagai komunitas lingkungan tampak bergerak menyusuri jalur hutan lindung Desa Genilangit, Kecamatan Poncol. Minggu (30/11/2025) itu, mereka datang bukan untuk berwisata—melainkan membawa misi besar: memulai langkah pertama menuju Program Penanaman Satu Juta Pohon.
Di tengah dinginnya udara dan sunyi pepohonan, mereka menanam bibit demi bibit dengan satu semangat: memulihkan kembali wajah alam Lawu yang kian tergerus alih fungsi lahan dan kerusakan vegetasi beberapa tahun terakhir.
Yang membuat aksi ini berbeda adalah satu hal yang seringkali dianggap remeh namun terasa besar dampaknya—gerakan ini berlangsung tanpa dukungan dari Pemerintah Kabupaten Magetan maupun instansi terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Namun kekosongan dukungan itu tak membuat langkah mereka surut. Gerakan ini justru menguat berkat solidaritas relawan serta sokongan dari DPW Squad Nusantara Jawa Timur, Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Wilayah Madiun, hingga BPBD Jawa Timur yang membantu menyediakan bibit dan logistik lapangan.
Ketua Squad Nusantara Magetan mengungkapkan bahwa kegiatan ini lahir dari kegelisahan masyarakat yang melihat kondisi hutan lindung Lawu semakin menurun. “Kami tidak ingin hanya menanam, tetapi memastikan keberlanjutannya. Penanaman pohon di lereng Lawu ini bukan seremonial. Ini komitmen jangka panjang,” ujarnya.
Bibit yang ditanam beragam—aren, beringin, pule, trembesi, nangka, serta jenis-jenis lokal pegunungan yang dinilai paling cocok untuk memulihkan ekosistem. Pilihan ini bukan tanpa alasan. Pohon-pohon tersebut dipercaya mampu mengembalikan fungsi hutan sebagai penyangga air, pelindung lereng, sekaligus tempat hidup berbagai satwa liar.
Menjaga Hutan, Menyelamatkan Mata Air, Mengurangi Bencana
Gerakan sosial ini bukan sekadar menambah tutupan hijau. Para relawan mengemban tujuan yang lebih besar:
Merehabilitasi kawasan hutan lindung yang mengalami degradasi.
Menjaga keberlanjutan mata air Gunung Lawu yang debitnya mulai menurun.
Mencegah risiko longsor dan banjir bandang pada musim penghujan.
Menumbuhkan kesadaran lingkungan, terutama di kalangan generasi muda.
Bagi mereka, aksi nyata seperti penanaman pohon tak boleh menunggu birokrasi. “Kalau menunggu pemerintah, hutan kita keburu rusak,” ujar salah satu relawan.
Harapan kepada Pemerintah Daerah: Jangan Biarkan Relawan Bergerak Sendirian
Di balik kerja keras dan keringat para relawan, terselip sebuah harapan: pemerintah daerah dapat hadir, melihat, dan bergerak bersama. Konservasi hutan, menurut para penggerak kegiatan, tidak bisa dibebankan hanya kepada komunitas. Diperlukan sinergi kuat antara:

Pemerintah Kabupaten, Dinas Kehutanan, Pemerintah Desa, Komunitas lingkungan, Lembaga kebencanaan
“Gerakan ini bukan hanya kegiatan komunitas, tetapi langkah penting untuk menyelamatkan ekologi Magetan. Lereng Lawu adalah jantung kehidupan. Kami ingin memastikan ia tetap memberi manfaat bagi generasi mendatang,” ungkap seorang relawan senior.
Melibatkan Pemuda Lokal dan Menjaga Pohon Hingga Dewasa
Tak hanya menanam, para peserta juga mengajak pemuda-pemudi lokal untuk terlibat dalam perawatan jangka panjang. Edukasi ekologis, monitoring pertumbuhan, dan evaluasi rutin akan dilakukan agar tingkat keberhasilan pohon yang tumbuh bisa maksimal.
“Ini bukan tentang berapa banyak bibit yang ditanam hari ini, tetapi tentang berapa banyak pohon yang hidup lima atau sepuluh tahun ke depan,” tambahnya.
Gerakan ini mungkin dimulai tanpa dukungan pemerintah, tetapi semangat para relawan menunjukkan bahwa kepedulian terhadap alam tidak menunggu perintah—ia tumbuh dari hati.
Rep: Adi



